Raden Soroti Ketertutupan Proyek Normalisasi Sungai Badeng: “Ini Bukan Transparansi, Ini Sampah Lisan ! 

Opini15 Dilihat
banner 468x60

Insertnews.com //Banyuwangi – Aktivis Filsafat Logika Berpikir, Raden Teguh Firmansyah, mendatangi lokasi kegiatan normalisasi Sungai Badeng yang terletak di Dusun Garit, Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi. Kedatangannya bukan sekadar melihat pengerukan, tetapi menelusuri kejelasan dan keabsahan proyek yang disebut-sebut dibiayai oleh Dinas Pengairan. Rabu. 8 Oktober 2025

Di lokasi, Raden bertemu langsung dengan Muhammad Faiq, selaku pihak pengelola kegiatan normalisasi. Dalam diskusi terbuka di tepi sungai, Faiq menyampaikan bahwa proyek tersebut dilakukan “untuk kepentingan masyarakat Singojuruh, khususnya Desa Alasmalang.” Faiq juga mengklaim bahwa kegiatan ini telah mendapat rekomendasi dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

banner 336x280

Namun, dalam semangat logika berpikir yang kritis, Raden tak menelan informasi itu mentah-mentah. Ia menanyakan bukti konkret atas klaim tersebut, baik berupa surat rekomendasi, dokumen legalitas, maupun data pendukung lainnya.

“Jika benar ini perintah dari provinsi, mana bukti administratifnya? Jangan hanya kata-kata, rakyat butuh kepastian, bukan ucapan di tepi lumpur,” ujar Raden dengan tegas.

Sayangnya, ketika diminta menunjukkan dokumen tersebut, Faiq justru mengalihkan pembicaraan dan menutup diskusi dengan alasan akan mengirim bukti itu melalui pesan WhatsApp. Namun hingga pertemuan berakhir, tidak ada satu pun dokumen yang ditunjukkan secara terbuka.

Raden pun menyayangkan sikap yang menurutnya jauh dari prinsip transparansi publik. Ia menilai kegiatan normalisasi ini “gelap data” dan tidak menunjukkan etika administratif yang sehat.

“Ini bukan transparansi, ini sampah lisan. Kalau benar legal, kenapa harus disembunyikan?

Pemerintahan yang sehat tak akan takut menunjukkan bukti,” sindir Raden.

Lebih jauh, Raden menanggapi pernyataan Sekretaris Daerah (Sekda) Banyuwangi yang menudingnya menyebarkan fitnah di media online. Dalam tanggapan via WhatsApp, Sekda disebut menulis: “Dinda kok tega fitnah gini, Dinda harus buat berita klarifikasi.”

Menjawab tudingan itu, Raden dengan tenang menegaskan bahwa ia hanya berbicara berdasarkan fakta lapangan dan logika publik.

“Saya tidak memfitnah, saya bertanya. Tapi di negeri ini, rupanya bertanya pun bisa dianggap kejahatan. Padahal, tugas aktivis adalah memastikan agar kekuasaan tetap jujur di hadapan rakyat,” tegas Raden.

Raden menutup dengan refleksi tajam :

“Kebenaran tidak takut diperiksa, hanya kebohongan yang gugup ketika disorot logika. Jika proyek normalisasi ini benar untuk rakyat, buktikan dengan data, bukan dengan dalih.”

Red.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *