Sorotan Tajam Karnaval Oro-Oro Ombo Kulon: Dituding Ciderai Budaya, Diwarnai Miras dan Gejolak Tawuran

Berita, Polri dan TNI104 Dilihat

!nsert News || Pasuruan, Jawa Timur, 13 Oktober 2025 – Gelaran karnaval di Desa Oro-Oro Ombo Kulon yang sejatinya bertujuan merayakan budaya, justru menuai kritik keras dan kontroversi. Acara yang dipadati ratusan hingga ribuan pengunjung tersebut disorot lantaran dinilai telah “menciderai budaya” Pasuruan.

Selain diiringi musik yang sangat keras, karnaval ini dilaporkan diwarnai dengan pesta minuman keras (miras) dan berujung pada insiden ketertiban.

Kritik pedas ini datang dari Gus Ujay, seorang tokoh yang juga menjabat sebagai Ketua Umum LSM Pemberdayaan Masyarakat Desa Mandiri (P-MDM).

Diskotik Pindah ke Pelosok Desa: Miras dan Tawuran Jadi Catatan Hitam

Gus Ujay menyampaikan kegelisahan dan kekecewaannya melihat jalannya karnaval. Ia menilai kegiatan ini gagal menampilkan contoh budaya yang baik, bahkan cenderung menjadi ajang yang berpotensi merusak moral pemuda.

Karnaval ini sangat tidak memberikan sebuah contoh budaya yang seharusnya menjadi budaya Pasuruan,” ujar Gus Ujay.

Ia secara spesifik menyoroti suasana acara yang jauh dari nilai-nilai budaya lokal.

Kegiatan ini selain joget-joget di jalan diwarnai pemuda yang terpapar di jalan dengan pesta miras. Bahkan tidak cukup itu, para pengecer atau penjual miras khususnya arak berlalu lalang,” tegasnya.

Menurut Gus Ujay, kondisi ini tidak hanya menciptakan suasana yang tidak kondusif, tetapi juga memicu gangguan keamanan. Ia menyayangkan kurangnya antisipasi dari pihak panitia terhadap potensi gejolak yang ditimbulkan oleh konsumsi miras.

Harusnya panitia mengantisipasi jika mau membuat acara yang menarik. Kehadiran pemuda bahkan ada beberapa kali insiden atau tawuran. Karena sudah diwarnai oleh miras,” tambahnya, menyebut miras sebagai pemicu utama kericuhan.

Foto istimewa !nsert News

Tuntut Teguran Keras untuk Kepala Desa

Kritik Gus Ujay tidak berhenti pada panitia. Ia juga menyoroti sikap Kepala Desa (Kades) yang dinilai lalai dan tidak peka terhadap gejolak yang terjadi di wilayahnya. Kehadiran Kades di panggung utama, di tengah carut-marutnya acara, dianggap sebagai bentuk pembiaran.

Saya minta ada teguran keras khususnya ke Kades-nya, di mana Kades ada di pentas tanpa memikirkan gejolak adanya pesta karnaval ini,” tuntut Ketua Umum LSM P-MDM tersebut.

Gus Ujay menilai karnaval ini telah menyimpang jauh dari esensinya. “Saya menilai ini bukan pesta kebudayaan tapi diskotik pindah di pelosok desa,” sindirnya.

Selain itu, ia juga mencatat pelanggaran jam malam. Kegiatan karnaval baru selesai di atas batas jam hiburan, yaitu di atas pukul 01:00 WIB dini hari. Gus Ujay mengungkapkan alasannya tidak melakukan konfirmasi langsung kepada Kepala Desa.

Kami memang tidak konfirmasi ke Pak Lurah karena saya menduga Pak Lurah sulit diajak komunikasi atau masukan-masukan dari luar,” pungkasnya.

Kontroversi ini menjadi cermin penting bagi Pemdes Oro-Oro Ombo Kulon dan pihak berwenang di Pasuruan untuk mengevaluasi secara menyeluruh penyelenggaraan acara publik agar selaras dengan nilai-nilai budaya dan norma ketertiban masyarakat.

Narasumber: Gus Ujay (Ketua Umum LSM P-MDM) Indonesia